Propinsi Riau sebagai wilayah yang besar, kaya dengan hasil alamnya, dan berbatasan langsung dengan luar negeri, namun pengembangan perguruan tinggi negeri belum sebanding dengan dinamika pembangunan pada aspek lainnya. Padahal perguruan tinggi merupakan ikon kemajuan sebuah propinsi, termasuk kabupaten / kota bahkan Negara.

Secara historis, bengkalis pada era awal kemerdekaan merupakan pusat pendidikan di Riau. Namun sayang, sekitar tahun 1980-an, kota pendidikan yang disandang kabupaten Bengkalis meredup dan pindah ke Pekanbaru. Padahal kabupaten Bengkalis merupakan daerah yang sangat potensial untuk pengembangan pendidikan, karena Bengkalis merupakan sebagai kota terdepan dan terluar.

Secara geografis pulau Bengkalis yang berada pada jalur berhadapan langsung dengan Negara Malaysia dan Singapura, merupakan keniscayaan bagi kabupaten Bengkalis memiliki STAIN, sebab di Riau yang memiliki wilayah demikian luas dengan identitas suku Melayu yang identik dengan Islam, hanya memiliki satu Perguruan Tinggi Islam yang berstatus Negeri. Berangkat dari fenomena tersebut, maka menjadi suatu keniscayaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) lahir di Bengkalis. Dan tidak menutup kemungkinan masa peralihan STAIN ke IAIN akan terwujud sesuai dengan yang direncanakan pada tahun 2018.

Saat ini di kabupaten Bengkalis terdapat empat buah Perguruan Tinggi Negeri, yaitu Politeknik Negeri Bengkalis, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis, Akademi Komunitas Negeri Bengkalis, Politeknik Maritim Bengkalis. Di samping itu ada beberapa perguruan tinggi swasta.

Sudah berjalannya pasar global perlu kiranya mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan ulet demi menjaga aset daerah maupun nasional. Kesiapan SDM yang ada akan sangat menentukan keberlangsungan kebudayaan dan khazanah keilmuan di suatu daerah.

SDM yang unggul diharapkan mampu menjaga,melestarikan serta mengembangkan potensi daerah. Bengkalis merupakan salah satu daerah Kabupaten yang terdepan dan terluar diwilayah Indonesia tepatnya di pesisir timur wilayah propinsi Riau sangat diharapkan menjadi benteng akan keberlangsungan persaingan bebas yang tidak hanya dari sisi sumber daya alam namun juga pelestarian khazanah budaya melayu yang sangat identik dengan Islam.

Keberadaan program studi Perbankan Syariah di Kabupaten Bengkalis dan Propinsi Riau pada umumnya cukup diperhitungkan, baik dari segi dunia kerja maupun tenaga pendidik dan tenaga profesinal dalam bidang ekonomi.

Paul Omerod dalam buku The Death of Economics (1994) menuliskan bahwa ahli ekonomi terjebak pada ideologi kapitalisme yang mekanistik yang ternyata tidak memiliki kekuatan dalam membantu dan mengatasi resesi ekonomi yang melanda dunia. Mekanisme pasar yang merupakan bentuk dari sistem yang diterapkan kapitalis cenderung pada  pemusatan kekayaan pada kelompok orang tertentu. Mirip dengan Omerod, muncul pula Umar Vadillo dari Scotlandia yang menulis buku, “The Ends of Economics” yang mengkritik secara tajam ketidakadilan sistem moneter kapitalisme.

Kapitalisme justru telah melakukan “perampokan” terhadap kekayaan negara-negara berkembang melalui sistem moneter fiat money yang sesungguhnya adalah riba. Kegagalan sistem ekonomi sosialisme dan kapitalisme telah membuat masyarakat dunia mencari sistem lain yang bisa menjadi solusi kesejahteraan dunia. Perlahan demi perlahan masyarakat dunia telah menemukan solusinya yaitu sistem ekonomi islam. Perkembangan ekonomi islam di dunia akhir-akhir ini semakin menggembirakan, baik dari aspek konseptual atau akademis maupun aspek praktik.

Ekonomi Islam bukan hanya ekspresi syariah yang memberikan eksistensi sistem ekonomi islam ditengah-tengah eksistensi ekonomi modern, akan tetapi ekonomi islam lebih sebagai pandangan Islam yang kompleks hasil ekspresi akidah Islam dengan nuansa yang luas dan target yang jelas. (M. Faruq an-Nabahan, Sistem Ekonomi Islam, Hal.1,2000.) Di tingkat dunia, sudah banyak negara yang mengembangkan industri keuangan dan perbankan syariah. Saat ini tidak kurang dari 75 negara di dunia telah mempraktekkan sistem ekonomi dan keuangan Islam, baik di Asia, Eropa, Amerika maupun Australia (Nurkholis, 2009).

Dalam sistem perdagangan internasional, masalah sertifikasi dan penandaan kehalalan produk mendapat perhatian baik dalam rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen umat Islam di seluruh dunia maupun sebagai strategi menghadapi tantangan globalisasi dengan berlakunya sistem pasar bebas dalam kerangka ASEAN – AFTA, NAFTA, Masyarakat Ekonomi Eropa, dan Organisasi Perdagangan Internasional (World Trade Organization). Sistem perdagangan internasional sudah lama mengenal ketentuan halal dalam CODEX yang didukung oleh organisasi internasional berpengaruh antara lain WHO, FAO, dan WTO. Negara-negara produsen akan mengekspor produknya ke negara-negara berpenduduk Islam termasuk Indonesia.

Dalam perdagangan internasional tersebut “label/tanda halal” pada produk mereka telah menjadi salah satu instrumen penting untuk mendapatkan akses pasar untuk memperkuat daya saing produk domestiknya di pasar internasional. Demikian pula dalam bidang akademis, beberapa universitas terkemuka di dunia sedang giat mengembangkan kajian akademis tentang ekonomi syariah. Harvard University merupakan universitas yang aktif mengembangkan forum dan kajian-kajian ekonomi syariah tersebut. Di Inggris setidaknya enam universitas mengembangkan kajian-kajian ekonomi syari’ah. Demikian pula di Australia oleh Mettwally dan beberapa negara Eropa seperti yang dilakukan Volker Nienhaus. Para ilmuwan ekonomi Islam, bukan saja kalangan muslim, tetapi juga non muslim (Nurkholis, 2009).

Indonesia sebagai negara berpenduduk islam terbesar di dunia tentunya juga menunjukkan perkembangan ekonomi islam yang menggembirakan baik itu dari aspek konseptual/akademis maupun aspek praktis.

Menurut statistik Standard & Poor’s – Islamic Finance Outlook 2010, pada tahun 2009 Indonesia secara pasar global merupakan negara ke-4 terbanyak penerbit sukuk atau sebesar 7% dari total penerbitan di Asia. Sedangkan untuk reksadana syariah, secara kumulatif sampai dengan akhir November 2010, penerbitan Reksa Dana Syariah di pasar modal Indonesia telah mencapai 49 Reksa Dana Syariah (Bappepam, 2010). Dalam sektor wirausaha, penerapan ekonomi islam dalam menjalankan bisnis juga semakin digalakkan oleh kalangan pengusaha. Sudah ada banyak komunitas pengusaha yang mempunyai visi untuk menjalankan dan mengembangkan bisnis mereka secara islami, seperti Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia (JPMI), Indonesian Islamic Bussines Forum (IIBF), Pengusaha Muslim, dan lain-lain.

Permintaan terhadap produk halal juga meningkat dari tahun ke tahun, dari 72 persen pada 2009 menjadi 92 persen pada 2010. Bahkan Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan Indonesia bisa menjadi pusat sertifikasi halal dunia karena produk halal mulai diminati tidak hanya oleh masyarakat Muslim namun juga non-Muslim (LiputaR6.com, 12 Agustus 2011).

Perkembangan bank syariah di indonesia saat ini cukup fenomenal hingga akhir tahun 2014 jumlah bank syariah di indonesia sudah ada 12 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 155 BPRS dan total jaringan kantor mencapai 2.380 kantor. (Majalah Ekonomi Syariah IEF Trisakti Jakarta, Hal. 17, 2014) Besarnya jumlah tersebut mampukah dinilai bank syariah indonesia menjadi salah satu kekuatan perbankan nasional.

Berdasarkan fakta-fakta diatas sudah terlihat jelas bahwa perekomian di dunia termasuk di indonesia sudah semakin pro terhadap ekonomi islam sehingga sangat dibutuhkan SDM yang memahami atau minimal mengetahui tentang ekonomi islam. Kelangkaan SDI di dunia perbankan syariah, hingga kini menjadi permasalahan bagi perbankan syariah, bahkan jika hal itu terus berlanjut, akan menjadikan bank syariah sulit berkembang. Apalagi saat ini kinerja perbankan syariah terus menunjukkan kinerja grafik yang terus meningkat pesat. Dimana sejauh ini aset perbankan syariah telah mencapai Rp. 159,4 triliun pada bulan juni 2014 meningkat 7,04% dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 148,9 triliun diakhir desember 2013. Begitu pula dengan dana pihak ketiga (DPK) dan penyaluran pembiayaan juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana DPK di perbankan syariah di tahun 2014 mampu menghimpun dana masyarakat sebesar Rp. 120,8 triliun keberbagai sektor pembiayaan. meningkat tajam daripada tahun 2014 yang mampu meraih DPK sebesar Rp. 116,5 triliun dan penyaluran pembiayaan sebesar Rp. 105,1 triliun. (Majalah Ekonomi Syariah IEF Trisakti Jakarta, Hal. 17, 2014).

Maka dari sinilah munculnya keinginan dari pihak STAIN untuk membuka Program Studi Perbankan Syariah, yang akan mengatasi permasalahan dunia perbankan saat ini.Dengan adanya data di atas jelas, perbankan syariah yang ada saat ini membutuhkan dukungan yang sangat kuat bagi kualitas Sumber Daya Insani (SDI) yang ada selama ini. Apalagi dengan adanya jumlah BUS dan UUS otomatis dalam pengembangannya, akan meningkatkan jumlah pelayanannya dengan membuka kantor-kantor cabang dan kantor kas yang ada selama ini. Berdasarkan data Departemen Perbankan Syariah Bank Indonesia (DPbs-BI) mengilustrasikan bahwa saat ini dengan aset Rp. 155,4 triliun bank syariah telah menyerap SDI 24.754 orang dan memiliki peningkatan ditahun sebelumnya sebesar 23.887 orang ketika aset bank syariah mencapai Rp. 145,4 triliun. Jika dirasiokan pada posisi akhir desember 2013 rasio aset per pekerja di BUS mencapai Rp. 6,09 triliyun. Per juni 2012, satu orang karyawan BUS atau UUS rata-rata menangani aset sekitar Rp. 6,28 triliyun. Data ini akan terus meningkat.

Dalam konteks pembangunan nasional, peningkatan sumber daya manusia menjadi strategis untuk mencapai tujuan pembangunan, yakni mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 45 dengan keridhaan Allah swt. Apalagi di tengah perubahan zaman yang semakin menglobal yang diakibatkan oleh kemajuan sains dan teknologi, sehingga kita akan menghadapi persaingan pasar bebas yang begitu kompetitif baik di tingkat regional maupun internasional.

Dicanangkannya visi dan misi Kabupaten Bengkalis menjadi kota pendidikan sejak tahun 2013 sangatlah beralasan bahwa Kabupaten Bengkalis merupakan daerah yang sangat potensial untuk pengembangan pendidikan. Upaya penegerian politeknik Bengkalis dan didirikannya Akademi komunitas di Negeri junjungan ini merupakan salah satu langkah mewujudkan Visi dan Misinya, begitu pula rencana pengusulan perubahan STAIN Bengkalis menjadi IAIN pada tahun 2017 merupakan keseriusan seluruh stakeholders.

Dalam upaya mendukung program tersebut maka STAIN Bengkalis berkeinginan membuka prodi baru yakni Prodi Perbankan Syariah sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab unsur masyarakat dalam pengembangan potensi SDM dan SDA Kabupaten Bengkalis.

Saat ini di kabupaten Bengkalis terdapat 4 buah Perguruan Tinggi, di antaranya Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis yang memiliki 14 prodi (Pendidikan Agama Islam / PAI, Tadris Bahasa Inggris / TBI, Manajemen Dakwah / MD, Manajemen Pendidikan Islam / MPI, Pendidikan Raudatul Athfal / PGRA, Ekonomi Syari’ah / E-Sy, dan Siyasah Syar’iyah / S.Sy), Perbankan Syariah, Ahwal al Syakhsiyyah, Tamadun Melayu, dan Komunikasi Penyiaran Islam, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Syariah yang memiliki 2 prodi (perbankan syariah dan akuntansi syariah), Akademi Komunitas dan Politeknik Negeri Bengkalis.

Tahapan pertama Rencana Strategis (Renstra) STAIN Bengkalis  dalam rencana operasional 2015-2019 disebutkan ada delapan item pengembangan organisasi dan kelembagaan, pada item yang ke lima disebutkan akan dilakukan Pengembangan dan pembukaan program studi baru. Untuk mewujudkan ketercapaian program tersebut maka pihak Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Bengkalis berkeinginan mengembangkan prodi yang ada dengan membuka Program Studi Perbankan Syariah.

Perbankan Syariah didirikan dengan izin operasional dari Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 6631 Tahun 2016, merupakan salah satu Program Studi yang baru mulai merintis untuk maju dan berkembang, yang berada di bawah naungan Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam. Pada angkatan pertama, Program Studi Perbankan Syariah Tahun Akademik 2017/2018 terdapat 32 orang yang terdiri dari 24 mahasiswi dan delapan mahasiswa. Kemudian pada angkatan kedua pada Tahun Akademik 2018/2019 ada sedikit peningkatan dari angkatan yang pertama, yaitu terdapat 38 orang yang terdiri dari 26 mahasiswi dan 12 mahasiswa. Program studi Perbankan Syariah dari awal dibuka dan sampai saat ini dipimpin oleh Ibu Nur Azlina, ME.Lulusan dari Universitas Trisakti Jakarta.Adapun tenaga pendidik Perbankan Syariah terdapat enam dosen tetap.